Rabu, 29 November 2017

Budaya : Tempat Wisata - Sendang Beji


SENDANG BEJI
Dewi Nawang Wulan dari Sendang Beji

            Melewati jalan terjal untuk sampai pada tempat tujuan. Jalan cor blok sempit dan naik turun akan membuat orang yang melewati merasa takut dan harus ekstra hati-hati. Saat sampai tempat tujuan akan tercium ciri yang khas bau dupa dan kemenyan.
Sebuah tempat yang dialiri air jernih, konon merupakan tempat pemandian Dewi Nawang Wulan. Ditemani suasana damai dan udara yang sejuk, terdengar bunyi percikan air yang berada di Sendang Beji.
Akses Menuju Sendang Beji 
            Sendang Beji terletak di Pedukuhan Parangrejo, Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Lokasinya dekat dari Pantai Parangtritis yang jaraknya hanya sekitar 1 KM.
            Ada dua jalan alternatif menuju Sendang Beji. Alternatif yang pertama dari perkampungan Kranggan, Desa Girijati belok kiri dari arah persawahan dan pemukiman kurang lebih jaraknya 500 meter. Alternatif kedua lurus arah Paralayang ketika ada pertigaan, belok kiri kurang lebih 500 meter mengikuti jalan cor blok melewati hutan, lalu belok kiri ketika menemukan pertigaansampai di rumah warga yang sekaligus sebagai tempat parkir. Ketika masuk ke Sendang Beji, pengunjung akan disambut dengan pohon-pohon yang besar serta bertemu beberapa puradan arca. Puradanarca dibungkus kain warna putih dan warna kuning.

Mitos Kuat
            Alkisah mitos yang sangat kuat dengan sendang ini adalah petilasan Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub. Suatu hari, Joko Tarub berburu di suatu kawasan hutan yang terdapat sebuah telaga. Tidak lain di Sendang Beji ini. Ketika berjalan di sekitar hutan ia melihat tujuh bidadari yang mandi di telaga. Kemudian Joko Tarub mengambil salah satu selendang milik bidadari. Ketika ketujuh bidadari selesai mandi, enam bidadari terbang kembali ke kayangan. Tetapi salah satu bidadari bingung mencari selendangnya. Joko Tarub pun segera menolong. Diajaklah Dewi Nawang Wulan pulang ke rumah Joko Tarub.
            Akhirnya Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub menikah. Selama hidup berumah tangga, Dewi Nawang Wulan menggunakan kesaktiannya. Suatu hari, Joko Tarub melanggar larangan dari Dewi Nawang Wulan untuk tidak membuka penanak nasi. Dewi Nawang Wulan pun  kehilangan kesaktiannya, sehingga harus menampi dan menumbuk padi seperti pada umumnya. Karena tumbukan padi terus berkurang, seiring waktu Dewi Nawang Wulan menemukan selendangnya. Dewi Nawang Wulan pun kembali ke kayangan dan bersedia turun ke bumi hanya untuk menyusui anaknya.
Cerita tersebut adalah cerita yang ada di cerita legenda, namun berbeda latar. Setelah mitos itulah, sendang ini kemudian menjadi tempat yang istimewa. Muncullah berbagai mitos yang menyebutkan air yang ada di Sendang Beji dipercaya berkhasiat bagi kecantikan kaum hawa dan awet muda. Selain itu air di sendang ini bisa menyembuhkan penyakit jika meminumnya dan menyuburkan tanaman.
Asal-Usul Sendang Beji
            Menurut juru kunci, sesuai dengan letaknya sendang ini berada dalam wilayah hutan Beji sehingga dinamakan “Sendang Beji”.“Sendang” berarti sumber mata air dan “Beji” merupakan nama hutan yang merupakan peninggalan dari nenek moyang sehingga secara turun temurun kita hanya melestarikannya. Sendang Beji ditemukan tahun 1983 dan diresmikan sebagai cagar budaya sekitar tahun 1984.Sendang Beji baru diresmikan dalam lingkup kelurahan belum pemerintah atau dinas pariwisata, tambah juru kunci. Air di Sendang Beji berasal dari pegunungan yang digunakan sebagai irigasi persawahan yang ada didekatnya dan sebagai sarana air bersih perkampungan. Ketika musim kemarau, air akan surut tetapi tidak pernah habis karena air selalu mengalir.
Air di Sendang Beji ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, contoh pertanian. Bahkan air ini sangat diminati hingga pengunjung dari pulau Jawa maupun luar Jawa. Tempat sakral ini sudah diketahui oleh pengunjung karena air di sendang tersebut memiliki banyak kegunaan dan khasiatnya.
Fasilitas yang ada seperti aula, mushola, dan kamar mandi tetap membuat pengunjung merasa nyaman berada di sendang ini. Ada beberapa pura beserta sesaji yang merupakan tempat orang Bali beribadah. Konon,dulu ada orang Bali yang datang ke Yogyakarta dan membangun pura di dekat Sendang Beji. Pengunjung dari berbagai macam penjuru yang memiliki tujuan berbeda, ada yang hanya ingin mandi, meminta barokah, bahkan mengambil air untuk diminum. Konon, dulu ada seorang pengunjung yang sakit lalu mandi rutin atau minum air di sendang tersebut dan menjadi sembuh.  
Ada sebuah mushola yang ada di Sendang Beji. Menurut juru kunci, mushola tersebut dibangun oleh seseorang yang berasal dari Tangerang. Juru kunci tidak tahu persis kapan mushola ini dibangun. 

Beberapa prasasti Trisoka pun ada di Sendang Beji, salah satunya bertuliskan “Ngudi Sejatining Becik, Nggayuh Urip Kepeneran, Berbudhi Bowo Leksono”. Maksud dalam bahasa Indonesia, berarti selalu berusaha mencari kebenaran sejati, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup yang tepat dan berjiwa besar. Prasasti tersebut memberikan bukti bahwa dulu pernah ada rombongan Trisoka yang bermeditasi dan ritual di sendang ini. 
   Arca Ganesha yang ada di sendang ini, dulu merupakan buatan orang Bali yang tinggal di Jogja dan digunakan sebagai sarana beribadah. Ada pula miniatur patung sepasang kekasih yang menceritakan Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub. Ini membuktikan sendang ini pernah disinggahi Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub.
Ramai pengunjung biasanya pada malam Jumat Kliwon dan malam Selasa Kliwon. Pada hari-hari biasa, sendang ini ternyata didatangi oleh pengunjung yang berkisar 50 sampai 70, tetapi saat hari tertentu bisa mencapai ratusan. Sendang yang memiliki luas 700 meter persegi ini, diperkenalkan ke khalayak luas melalui berbagai media serta diberi petunjuk-petunjuk di lingkungan sekitar. Kebanyakan pengunjung mengatakan bahwa setelah mandi di Sendang Beji akan merasa puas dan lega. Kejernihan air yang mengalir membuat pengunjungketagihan. Dengan berbekal alat-alat mandi saja pengunjung sudah merasakan kepuasan karena mandi dengan air yang jernih tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
            Konon, ada mitos jika membasuh muka dengan air di Sendang Beji akan membuat awet muda serta bagi kaum wanita akan memperoleh kecantikan. Proses melakukan ritual adalah menggunakan air dengan baik, contoh mandi, pengunjung melakukan meditasi, atau berdiam diri sambil berdoa dengan niat masing-masing.   
Pohon-pohon besar yang tumbuh di sekitar sendang memberikan manfaat tersendiri. Air tersebut keluar melalui akar dari pohon yang besar. Air yang berasal dari pegunungan ini, dimanfaatkan secara sosial oleh masyarakat untuk air minum. Petani juga memanfaatkannya untuk mengairi sawah dan untuk memandikan hewan bagi para peternak.
Sendang yang terkenal dengan air jernih ini memiliki hubungan erat dengan Pantai Parangtritis. Menurut sesepuh, yang menjaga Sendang Beji juga yang berkuasa di Pantai Selatan. Menurut warga, menyebutkan bahwa Dewi Nawang Wulan sendiri adalah sesosok Nyi Roro Kidul, penguasa Pantai Selatan.
         Sendang Beji ini sangat cocok untuk meredamkan kepenatan dan menenangkan diri dengan mandi. Begitulah, tempat sakral yang penuh dengan mitos ini, selalu penuh dengan pengunjung. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus, kita harus tetap menjaga tempat-tempat peninggalan nenek moyang. Kita tidak boleh merusaknya. Di mana pun tempatnya di pelosok desa sekalipun kita harus tetap menjaganya. Begitupula, Sendang Beji harus selalu dilestarikan dan dijaga agar tidak punah keberadaannnya.
By : Ulfa Dwi Tanti
Catatan : Penulis mendatangi langsung lokasi dan melakukan wawancara. Foto diambil sendiri oleh penulis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar