SENDANG BEJI
Dewi Nawang Wulan dari Sendang Beji
Melewati jalan terjal untuk sampai pada
tempat tujuan. Jalan cor blok sempit dan naik turun akan membuat orang yang melewati
merasa takut dan harus ekstra hati-hati. Saat sampai tempat tujuan akan tercium ciri yang khas bau dupa dan kemenyan.
Sebuah tempat yang dialiri air jernih, konon merupakan
tempat pemandian Dewi Nawang Wulan. Ditemani suasana damai dan udara yang sejuk,
terdengar bunyi percikan air yang berada di Sendang Beji.
Akses Menuju Sendang Beji
Sendang Beji terletak di Pedukuhan Parangrejo, Desa Girijati, Kecamatan
Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Lokasinya dekat dari Pantai Parangtritis yang jaraknya hanya sekitar 1 KM.
Ada
dua jalan alternatif menuju Sendang Beji.
Alternatif yang pertama dari perkampungan Kranggan, Desa Girijati belok kiri
dari arah persawahan dan pemukiman kurang lebih jaraknya 500 meter. Alternatif kedua lurus arah Paralayang ketika
ada pertigaan, belok kiri kurang lebih 500 meter mengikuti jalan cor blok
melewati hutan, lalu belok kiri ketika menemukan pertigaansampai di rumah warga
yang
sekaligus sebagai tempat parkir.
Ketika masuk ke Sendang Beji, pengunjung akan disambut dengan pohon-pohon yang
besar serta bertemu beberapa puradan arca. Puradanarca dibungkus kain warna putih dan warna kuning.
Mitos Kuat
Alkisah mitos
yang sangat kuat dengan sendang ini adalah petilasan Dewi Nawang Wulan dan Joko
Tarub. Suatu hari, Joko Tarub berburu di suatu kawasan hutan yang terdapat
sebuah telaga. Tidak lain di Sendang Beji ini. Ketika berjalan di sekitar hutan ia melihat tujuh
bidadari yang mandi di telaga. Kemudian Joko Tarub mengambil salah satu selendang milik
bidadari. Ketika ketujuh bidadari selesai mandi, enam bidadari terbang kembali
ke kayangan. Tetapi salah satu bidadari bingung mencari selendangnya. Joko
Tarub pun segera menolong. Diajaklah Dewi Nawang Wulan pulang ke rumah Joko
Tarub.
Akhirnya Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub menikah. Selama hidup berumah tangga,
Dewi Nawang Wulan menggunakan kesaktiannya. Suatu hari, Joko Tarub melanggar
larangan dari Dewi Nawang Wulan untuk tidak membuka penanak nasi. Dewi Nawang Wulan pun kehilangan
kesaktiannya, sehingga harus menampi dan menumbuk padi seperti pada umumnya.
Karena tumbukan padi terus berkurang, seiring waktu Dewi Nawang Wulan menemukan
selendangnya. Dewi Nawang Wulan pun kembali ke kayangan dan bersedia turun ke
bumi hanya untuk menyusui anaknya.
Cerita tersebut
adalah cerita yang ada di cerita legenda, namun berbeda latar. Setelah mitos itulah, sendang ini kemudian menjadi
tempat yang istimewa. Muncullah berbagai mitos yang menyebutkan air yang ada di
Sendang Beji dipercaya berkhasiat bagi kecantikan kaum hawa dan awet muda. Selain
itu air di sendang ini bisa menyembuhkan penyakit jika meminumnya dan
menyuburkan tanaman.
Asal-Usul Sendang Beji
Menurut juru kunci, sesuai dengan letaknya sendang ini berada dalam wilayah
hutan Beji sehingga dinamakan “Sendang Beji”.“Sendang” berarti sumber mata air
dan “Beji” merupakan nama hutan yang merupakan peninggalan dari nenek moyang
sehingga secara turun temurun kita hanya melestarikannya. Sendang Beji
ditemukan tahun 1983 dan diresmikan sebagai cagar budaya sekitar tahun 1984.
“Sendang Beji baru diresmikan dalam
lingkup kelurahan belum pemerintah atau dinas pariwisata”, tambah juru kunci. Air di Sendang Beji berasal dari pegunungan yang
digunakan sebagai irigasi persawahan yang ada didekatnya dan sebagai sarana air
bersih perkampungan. Ketika musim kemarau, air akan surut
tetapi tidak pernah habis karena air selalu mengalir.
Air di Sendang Beji ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari, contoh pertanian.
Bahkan air ini sangat diminati hingga
pengunjung dari pulau Jawa maupun luar Jawa. Tempat sakral ini sudah diketahui
oleh pengunjung karena air di sendang tersebut memiliki banyak kegunaan dan khasiatnya.
Fasilitas yang ada seperti aula, mushola, dan kamar mandi tetap membuat pengunjung merasa nyaman berada di sendang ini. Ada beberapa pura beserta sesaji yang
merupakan tempat orang Bali beribadah. Konon,dulu ada orang Bali yang datang ke Yogyakarta dan
membangun pura di dekat Sendang Beji. Pengunjung dari berbagai macam penjuru
yang memiliki tujuan berbeda, ada yang
hanya ingin mandi, meminta barokah, bahkan mengambil air untuk diminum. Konon, dulu ada seorang pengunjung
yang sakit lalu mandi rutin atau minum air di sendang tersebut dan menjadi
sembuh.
Ada
sebuah mushola yang ada di Sendang Beji. Menurut juru kunci, mushola tersebut dibangun oleh seseorang yang berasal dari Tangerang. Juru
kunci tidak tahu persis kapan mushola ini dibangun.
Beberapa prasasti Trisoka pun ada di Sendang Beji, salah satunya bertuliskan “Ngudi Sejatining Becik, Nggayuh Urip Kepeneran, Berbudhi Bowo Leksono”. Maksud dalam bahasa Indonesia, berarti selalu berusaha mencari kebenaran sejati, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup yang tepat dan berjiwa besar. Prasasti tersebut memberikan bukti bahwa dulu pernah ada rombongan Trisoka yang bermeditasi dan ritual di sendang ini.
Beberapa prasasti Trisoka pun ada di Sendang Beji, salah satunya bertuliskan “Ngudi Sejatining Becik, Nggayuh Urip Kepeneran, Berbudhi Bowo Leksono”. Maksud dalam bahasa Indonesia, berarti selalu berusaha mencari kebenaran sejati, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup yang tepat dan berjiwa besar. Prasasti tersebut memberikan bukti bahwa dulu pernah ada rombongan Trisoka yang bermeditasi dan ritual di sendang ini.
Arca Ganesha yang ada di sendang ini, dulu merupakan buatan orang Bali yang
tinggal di Jogja dan digunakan sebagai sarana beribadah. Ada pula miniatur patung sepasang
kekasih yang menceritakan Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub. Ini membuktikan
sendang ini pernah disinggahi Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub.
Ramai pengunjung biasanya pada malam Jumat Kliwon dan
malam Selasa Kliwon. Pada hari-hari biasa, sendang ini ternyata didatangi oleh
pengunjung yang berkisar 50 sampai 70, tetapi saat hari tertentu bisa mencapai
ratusan. Sendang yang memiliki luas 700 meter persegi ini, diperkenalkan ke
khalayak luas melalui berbagai media serta diberi petunjuk-petunjuk di
lingkungan sekitar. Kebanyakan pengunjung mengatakan bahwa setelah mandi di
Sendang Beji akan merasa puas dan lega. Kejernihan air yang mengalir membuat pengunjungketagihan. Dengan berbekal alat-alat mandi saja
pengunjung sudah merasakan kepuasan karena mandi dengan air yang jernih tanpa
harus mengeluarkan banyak uang.
Konon, ada mitos jika membasuh muka dengan air di Sendang Beji akan membuat
awet muda serta bagi kaum wanita akan memperoleh kecantikan. Proses melakukan
ritual adalah menggunakan air dengan baik, contoh mandi, pengunjung melakukan meditasi, atau berdiam diri
sambil berdoa dengan niat masing-masing.
Pohon-pohon besar yang tumbuh di sekitar sendang
memberikan manfaat tersendiri. Air tersebut keluar melalui akar dari pohon yang besar.
Air yang berasal dari pegunungan
ini, dimanfaatkan secara sosial oleh masyarakat untuk air minum.
Petani juga memanfaatkannya untuk mengairi sawah dan untuk
memandikan hewan bagi para peternak.
Sendang yang terkenal dengan air jernih ini memiliki
hubungan erat dengan Pantai Parangtritis. Menurut sesepuh, yang menjaga Sendang Beji juga yang berkuasa di Pantai Selatan. Menurut
warga, menyebutkan bahwa Dewi Nawang Wulan sendiri adalah sesosok Nyi Roro
Kidul, penguasa Pantai Selatan.
Sendang Beji
ini sangat cocok untuk meredamkan kepenatan dan menenangkan diri dengan mandi. Begitulah,
tempat sakral yang penuh dengan mitos ini, selalu penuh dengan pengunjung. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus, kita harus
tetap menjaga tempat-tempat peninggalan nenek moyang. Kita tidak boleh
merusaknya. Di mana pun tempatnya di pelosok desa sekalipun kita harus tetap
menjaganya. Begitupula, Sendang Beji harus
selalu dilestarikan dan dijaga agar tidak punah keberadaannnya.
By : Ulfa Dwi
Tanti
Catatan : Penulis
mendatangi langsung lokasi dan melakukan wawancara. Foto diambil sendiri oleh
penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar